Para Don Cossack di akhir abad ke-19. Kredit: RIA Novosti
Kata kazak (yang umum ditulis 'cossack') berasal dari keluarga bahasa Turki yang artinya “orang bebas, petualang, pengembara”. Akar kata ini dapat ditemukan dalam nama bangsa Kazakh modern.
Tak ada yang bisa menyebutkan kapan tepatnya bangsa Cossack lahir, namun diyakini riwayat Cossack dimulai pada abad ke-15 ketika nama tersebut mulai sering muncul dalam dokumen sejarah.
Penindasan feodal, kelaparan, kekeringan, penyakit, penganiayaan oleh Old Believers (kelompok Ortodoks Rusia), serta berbagai kemalangan lain memaksa masyarakat yang aktif dan bersemangat dari seluruh Rus mencari wilayah lain untuk ditempati. Mereka mencari ‘tanah tak bertuan' untuk kehidupan yang lebih baik, menyusuri pesisir padang rumput Eropa Timur yang keras di bagian bawah Sungai Dnieper, Don, Terek, Volga dan Ural. Di tepi sungai-sungai besar itulah masyarakat Cossack yang mandiri terbentuk.
Mereka pernah bertempur dengan semua tetangganya: Kadipaten Agung Muscovy (Grand Duchy of Muscovy), Kerajaan Krimea, Turki, serta Persemakmuran Polandia-Lithuania. Jika diperlukan, mereka akan membentuk aliansi sementara dengan musuhnya. Dengan banyaknya jalur dagang yang mereka kuasai, bangsa Cossack menarik bayaran dari semua orang yang ingin melalui wilayah mereka, bahkan terkadang dengan cara merampok.
Dari mana asal bangsa Cossack? Menurut para peneliti, bangsa Cossack jelas memiliki unsur Rusia dan Slav Timur. Dengan pengaruh unsur Turki dan Kaukasia, banyak keturunan Cossack yang berambut hitam dan bermata gelap.
Sejak dulu, bangsa Cossack berbicara dalam berbagai dialek bahasa Rusia yang dapat dipahami oleh orang Rusia, kecuali untuk beberapa kata tertentu. Meski bangsa tersebut tidak pernah memiliki identitas nasional yang kuat seperti bahasa, mereka memiliki identitas kelas dan kepercayaan (Ortodoks) yang cukup berkembang.
Klik untuk memperbesar infografis Sejarah Orang-orang Cossack. |
Identitas Ortodoks bangsa Cossack membuat mereka jatuh ke dalam kekuasaan Muscovy yang baru bangkit, lalu kemudian berada di bawah kuasa Kekaisaran Rusia dengan hukum penaklukan atau feodal. Wilayah Cossack diatur dengan hukum internal mereka sendiri, semacam demokrasi Cossack. Mereka hanya mau memilih komandan dari wilayah mereka sendiri saat perang. Saat masa damai, semua orang Cossack dianggap setara.
Namun demikian, bangsa Cossack terus berada di bawah tekanan Tsar selama abad ke-17 dan ke-18. Tsar menggunakan segala cara untuk melawan ‘pemberontak’. Wajar jika kemudian upaya-upaya itu ditanggapi dengan perlawanan sengit. Para pemimpin Cossack yang disebut Ataman memimpin berbagai pemberontakan terhadap Moskow, mendorong ribuan petani untuk membuat kekacauan. Stepan Razin memimpin sebuah pemberontakan besar terhadap Tsar Alexis pada 1670-1671. Hal tersebut diikuti pembangkangan Kondraty Bulavin terhadap Peter yang Agung dan perlawanan Yamelyan Pugachev terhadap Katarina yang Agung. Zaporizhian Sich dibubarkan oleh sang Kaisar karena penduduknya keras kepala, sehingga bangsa Cossack harus pindah ke wilayah Kuban. Tetapi sejumlah orang Cossack memilih pindah ke wilayah Ottoman dan membentuk Danubian Sich yang loyal kepada Sultan Ottoman, sementara yang lain pindah ke Vojvodina, tempat mereka mengabdi kepada Keluarga Kerajaan Habsburg di perbatasan Austria dan Turki.
Lukisan yang menggambarkan Zaporizhian Cossack yang sedang menulis surat kepada Sultan Turki karya seniman terkenal Rusia Ilya Repin. Untuk menggambar lukisan ini Repin pergi ke Kuban dan belajar dari orang-orang Cossack yang masih hidup. Sumber: PressPicture
Penakluk Tangguh
Saat ini, bangsa Cossack telah menganggap diri mereka orang Rusia, dengan darah Rusia khusus. Para ahli menyebutnya 'subetnisitas'.
Meski hubungan antara Kekaisaran Rusia dan bangsa Cossack penuh ketegangan, pada masa damai Kekaisaran Rusia tetap memanfaatkan orang-orang Cossack untuk membantu memperluas wilayahnya. Orang Cossack berperan besar dalam menaklukan wilayah Pegunungan Ural, Siberia dan Timur Jauh Rusia menjadi bagian dari Federasi Rusia. Banyak kota yang didirikan oleh bangsa Cossack di wilayah-wilayah tersebut, termasuk yang sekarang menjadi ibukota Irkutsk, Khabarovsk, Omsk, Tomsk, Republik Sakha, Blagoveshchensk, Petropavlovsk-Kamchatsky, Orenburg, Krasnoyarsk, Krasnodar, Grozny, serta masih banyak lagi.
Orang-orang Cossack berpetualang hingga mencapai Samudra Pasifik, perairan maha luas tersebut bahkan tidak dapat menahan mereka. Pada 1648, Semyon Dezhnyov menemukan sudut lain Amerika dan memperluas wilayah Rusia hingga Alaska.
Penaklukan banyak wilayah Eurasia yang sekarang menjadi bagian integral Federasi Rusia sebagian merupakan rencana strategis dan instruksi langsung dari Tsar, namun sebagian juga merupakan akibat keinginan dasar bangsa Cossack untuk hidup secara merdeka dan bebas jauh dari Tsar dan pemerintahan. Di wilayah-wilayah itulah cadangan minyak, gas, emas, dan mineral lain terkonsentrasi dan kini menjadi kekayaan alam Rusia.
Tak dapat dipungkiri bahwa sifat bawaan orang Cossack memang keras karena dibesarkan sebagai prajurit sejak bayi. Mereka kasar dan sering kali kejam dalam berurusan dengan penduduk setempat. Namun mereka dapat membangun fondasi hidup bersama yang damai antara warga Rusia dan penduduk asli yang tanahnya mereka duduki, tidak seperti bangsa Eropa yang memusnahkan penduduk asli secara besar-besaran ketika melakukan ekspansi ke wilayah lain.
Prajurit Hebat yang Loyal
Tidak ada satu pun suku atau penduduk asli yang dihancurkan selama kolonisasi Rusia yang dilakukan oleh bangsa Cossack.
Setelah Pemberontakan Pugachev surut, otoritas kekaisaran memutuskan bahwa demi kebaikan mereka sendiri konflik dengan bangsa Cossack harus dihindari. Kelas prajurit hebat Cossack pun lahir. Kewajiban utama mereka adalah menjaga perbatasan Kekaisaran dan melakukan kampanye militer. Mereka mendapat hak-hak istimewa tertentu dari Tsar atas jasa mereka berupa tanah yang luas, status bebas pajak dan hak untuk memiliki pemerintahan internal. Para Don Cossack bahkan diberi wilayah otonom sendiri yakni Provinsi Tentara Don Cossack. Berkat kesepakatan ini, pemerintah yang berhati-hati untuk tidak berkonflik dengan bangsa Cossack bisa mendapat dukungan tanpa syarat dari mereka. Sejak saat itu, bangsa Cossack menjadi salah satu yang paling loyal kepada Tsar. Mereka mengorganisir diri dengan sangat baik, memiliki senjata, sangat terampil bertempur dan selalu siap untuk menumpahkan darah “demi Tsar dan Ortodoks”.
Brigade Cossack. Balkan, 1877-1878. Sumber: Press Photo/arsip bioskop dan foto dokumentasi Rusia
Sesuai tradisi, setiap Don Cossack muda menerima kuda, tombak, pedang, senapan, belati, dua pistol dan dua setel seragam musim dingin dan musim panas dari keluarganya.
Abad ke-19 adalah zaman keemasan bangsa Cossack. Para Don Cossack di bawah kepemimpinan Matvei Platov bersama tentara Rusia yang digdaya mengalahkan Napoleon dan merebut Paris. Dengan melakukan hal tersebut, mereka memberi Eropa dan dunia sebuah citra baru penunggang kuda yang tak terkalahkan dan kata bistro pun masuk ke dalam bahasa internasional. Bangsa Cossack tak hanya berhasil menekan pemberontakan di wilayah Rusia (Polandia), mereka juga menyelamatkan Kekaisaran Habsburg dari pemberontak Hungaria pada 1848. Di sini mereka bertempur melawan warga Austria, orang-orang Serbia yang tetap loyal kepada Wina. Pada 1878, tentara Cossack dan Rusia mengalahkan Turki Ottoman yang akhirnya menghantarkan Bulgaria, Serbia dan Rumania ke pintu kemerdekaan. Orang Cossack membantu meredakan pemberontakan lokal dan bertempur gagah berani di garis depan dalam Perang Rusia-Jepang dan Perang Dunia I. Semua itu terjadi sebelum bermulanya perang saudara berdarah yang begitu menyedihkan pada 1918. Tetapi sejarah bangsa Cossack pada abad ke-20 merupakan kisah yang berbeda.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda