Tatyana Sudaryanto, perancang busana Rusia berketurunan Indonesia, di studionya, Moskow, Rusia. Kredit: Elena Pochetova
Berakar dari Indonesia
Yanto Priyono adalah pria Jawa yang datang ke Rusia pada tahun 60-an. Dia adalah satu dari ratusan mahasiswa yang dikirim pemerintahan Soekarno untuk belajar ilmu teknik ke Uni Soviet.
Ketika kesentimenan anti komunis makin menguat di Indonesia, hubungan kedua negara berdampak kurang baik. Para mahasiswa yang belajar di Uni Soviet tidak bisa pulang ke kampung halaman mereka karena itu akan terlalu riskan. Berbeda dengan teman-teman senasibnya yang pindah ke Belanda, Yanto memilih untuk menetap di Rusia, karena dia sudah menikah dengan gadis Rusia dan dari pasangan berbeda negara ini lahirlah Tatyana.
“Mama gemar menjahit pakaian dan saya sejak kecil tertarik dengan semua yang berhubungan dengan desain busana", kata Tatyana Sudaryanto. Setelah menyelesaikan sekolahnya, Tatyana melanjutkan ke perguruan teknik dan bekerja sebagai seorang modeler-kontstruktor. Sejak itu, dia bekerja dalam bermacam-macam proyek seperti menjahit baju untuk grup musik dan mengerjakan pesanan.
"Semua keresahan saya tumpahkan ke pakaian. Itu sekaligus membuat pekerjaan saya sebagai sarana ekspresi pikiran dan perasaan saya”, kisah Tatyana. Semua karyanya adalah campuran antara tradisi dan gaya Eropa-Asia. “Baju di Rusia sangat mirip dengan baju yang dipakai di Indonesia, tetapi tidak lepas dari guratan Eropa”, kata dia.
Timur dan Barat dalam busana
Mungkin karena ciri khasnya, karya Tatyana sangat populer di Rusia. Di masa awal karirnya, dia mendirikan dengan biro desain "Sudaryanto", bersama Tatyana Ezhova yang adalah teman kuliahnya.
Proyek pertama mereka adalah menjahit pakaian untuk acara televisi ternama di Rusia “Fabrika Zvyozd” (Pabrik Bintang). Tak lama kemudian disusul dengan permintaan dari para bintang show, teater dan program televisi Rusia lainnya.
"Pada saat yang sama kami mulai menerima pesanan gaun 'impian'. Sebagai contoh, seorang wanita ingin gaun di majalah, kami memberinya saran bagaimana mewujudkan dan menyesuaikan agar benar-benar pas dengannya", pemikiran tersebut khusus untuk dia, kata Tatyana.
Klik untuk maju
Pada saat itu belum ada corak khas Indonesia dalam karyanya. Adalah kunjungannya ke tanah kelahiran Sang Ayah yang memicu ide-ide baru dalam benaknya. Saat menjahit kain batik, dirinya mulai merasa jatuh cinta. "Di Jawa ada batik dengan kualitas sempurna. Saat di Indonesia, saya membeli batik untuk model baru karya saya”, terang Tatyana.
Layaknya turis lain Tatyana tak hanya memborong batik. Selama perjalanan di Indonesia, kameranya terus dan terus memotret apa yang dia anggap menarik. Setibanya di Rusia, foto-foto itu tidak hanya menghiasi dinding biro desain, tapi juga kaos, gaun celana pendek karyanya.
“Saya selalu mencari ide baru dalam aktivitas sehari-hari, bahkan saat bersama keluarga menonton film atau mengunjungi pameran, saya selalu memperhatikan dan melihat dengan seksama aksesoris baju apa yang saya suka, apa yang bisa diubah agar untuk diaplikasikan dalam koleksi baru saya”, tambah Tatyana.
Sukses internasional
Biro desain Tatyana Sudaryanto tidak hanya terkenal di Rusia, tetapi juga di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pada tahun 2004 atas undangan dari KBRI di Rusia, Tatyana menggelar sebuah peragaan busana koleksinya di Bali.
”Saya sangat senang berkenalan dengan para desainer Indonesia, kami langsung menemukan bahasa yang sama, saling berbagi pengalaman dan kesan-kesan”, kenang Tatyana.
Beberapa waktu setelah menciptakan koleksi ramah lingkungan bernama “Les” (Hutan), Tatyana diundang ke Italia. Sekarang di dalam rencana biro desain “Sudaryanto” terdapat penciptaan katalog pakaian, yang dalam bahasa mode dinamakan lookbook.
Yang paling mencengangkan adalah semua kesibukan itu Tatyana jalani sambil mengasuh dua putrinya, Charlotte (5 tahun) dan Arina (5 bulan). Suami Tatyana adalah seorang art director, dan selalu membantu Tatyana mewujudkan ide-ide barunya. "Belum lama ini, kami menghias kostum Sinterklas dengan rhinestone untuk perayaan tahun baru di TV yang segera ditayangkan", ujar Tatyana.
Menurut Tatyana, di meja makan mereka selalu ada nasi, seperti di Indonesia. Papa Tatyana, Yanto Priyono sering berkunjung dan memasak makanan Indonesia.
“Di tahun baru kami berencana merayakan bersama keluarga di Moskow, dan di awal Januari kami pergi ke orang tua saya di pinggiran Moskow dan seperti biasa akan makan kerupuk, nasi, ayam dengan bumbu Indonesia. Itu cuma satu dari sekian banyak tradisi di dalam keluarga internasional kami", kisah Tatyana sambil tersenyum.
Situs web Tatyana Sudaryanto http://www.sudaryanto.ru/en/about.html
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda