Restorasi Masjid Biru Sankt Peterburg, Pemerintah Kota Alokasikan Dana Hampir Lima Miliar Rupiah

Aleksey/VK/Administrasi Spiritual Muslim Sankt Peterburg
Masjid Biru Sankt Peterburg telah direstorasi selama belasan tahun.

Aula salat Masjid Biru Sankt Peterburg, atau yang dikenal juga sebagai Masjid Sukarno, akan direstorisasi. Restorasi ini diperkirakan menelan dana hingga 38,7 juta rubel (sekitar 4,9 miliar rupiah).

Menurut situs pengadaan publik, kontraktor harus memperbaiki interior di lantai tiga Masjid Biru. Kontraktor mana pun yang ingin terlibat dalam pemugaran masjid tersebut harus mendaftar hingga 9 Maret.

Masjid Biru Sankt Peterburg telah direstorasi selama belasan tahun. Sebelumnya, kubah, jendela kaca patri, menara, lantai, dan dekorasi dinding telah diperbaiki. Masjid Biru telah menjalani restorasi sejak tahun 2000. Selama 19 tahun, pemugaran masjid bersejarah ini telah menghabiskan dana 280 juta rubel.

Dari tahun 2000 hingga 2015, dengan mengorbankan anggaran kota Sankt Peterburg, yang disediakan untuk perlindungan dan pemulihan situs warisan budaya, pekerjaan dilakukan dengan total anggaran 176,5 juta rubel. Pada 2016—2018, pekerjaan dilakukan untuk memperbaiki aula dan kubah. Lalu pada 2019, pekerjaan dilakukan untuk merestorasi aula di lantai dua.

Semasa Uni Soviet, Masjid Biru Sankt Peterburg sempat beralih fungsi untuk berbagai macam kegunaan, termasuk gudang senjata semasa Perang Dunia II. Suatu hari, di sela-sela kunjungan Presiden Sukarno ke Sankt Peterburg (dahulu bernama Leningrad) pada 1956, ia melihat bangunan seperti masjid dengan arsitektur Asia Tengah berwarna biru. Ternyata, bangunan tersebut memang secara fisik adalah sebuah masjid, tapi telah beralih fungsi menjadi sebuah gudang.

Setelah kembali ke Moskow, Sukarno bertemu Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Ketika Khrushchev menanyakan kesan Sukarno mengenai Leningrad, sang presiden malah membahas kondisi masjid yang baru ia kunjungi. Sukarno kemudian meminta masjid itu dikembalikan sesuai fungsinya. Sepuluh hari setelah kunjungan Presiden Sukarno, bangunan itu kembali menjadi masjid dan tetap berdiri tegak hingga kini.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki