“Teman-teman! Bagaimana airnya, apakah hangat?”
“Oh, coba saja! Panas sekali!”
Orang-orang saling bertukar lelucon setelah keluar dari air dingin yang membekukan. Saya dan teman-teman berada di dalam tenda besar, tempat para pria berganti pakaian sebelum menceburkan diri ke dalam lubang es dekat situ. Untuk kali pertama dalam hidup saya, saya memutuskan untuk mengikuti tradisi Rusia kuno dengan melompat ke air es pada hari raya Epifani (19/1). Dari sudut pandang orang luar, apa yang akan saya dan teman-teman lakukan tampak berbahaya, tetapi, seperti yang segera kami sadari, berendam ke dalam lubang es bukanlah petualangan yang mengerikan — itu ternyata mengasyikkan!
Suhu malam itu turun dari -3 menjadi -10 derajat Celsius dan, pada pukul 23.15, ketika kami mendekati area Golovinsky Prud di Moskow, embun beku rasa-rasanya sudah menusuk hidung saya. Pikiran pertama yang muncul dalam benak saya, saya perlu minum (alkohol) untuk menghangatkan diri! Namun, minum alkohol sebelum berendam dalam lubang es adalah ide yang sangat bodoh. Tubuh yang menghangat akibat alkohol akan menjadi tegang gara-gara penurunan suhu, sementara jantung akan akan kesulitan memompa darah. Oleh karena itu, bertentangan dengan stereotip pada umumnya, tidak ada pemabuk atau orang mabuk di dekat lubang es sama sekali.
Lubang es dan salib es di Golovinsky Prud, Moskow.
Arsip pribadiLubang es tempat kami berendam disebut “lokal”. Maksudnya, lubang ini ditujukan bagi para penduduk di daerah tersebut. Setelah melihat ke sekeliling, saya menyadari bahwa mandi Epifani menyatukan bermacam-macam golongan. Seorang sopir paruh baya, pria botak, pemuda yang seluruh tubuhnya penuh tato, pria terpelajar beruban bersama putranya yang berusia lima tahun yang jelas-jelas ingin tidur, tetapi ayahnya bersikeras mengajaknya menjalani ritual tersebut — berendam dan jangan membantah. Ada juga seorang kakek berbadan tegap yang membawa cucunya yang berusia 15 tahun. Sang cucu ternyata seorang atlet, tetapi ia ragu-ragu menanggalkan pakaiannya, sementara sang kakek memfilmkannya dengan ponselnya. “Kakek, Kakek jangan di sini … jangan direkam! Dingin sekali!” kata sang cucu mengeluh. Di sisi lain, saya juga melihat sepasang suami istri yang tampak sangat kaya — terlihat jelas bahwa mereka selalu ke sini selama bertahun-tahun. Namun, ada sepasang nenek dan kakek, yang tidak lagi menyelam, tetapi datang hanya untuk menyaksikan anak-anak muda bermain-main di air es.
Anehnya, tidak ada penggila Instagram yang berswafoto dengan latar belakang salib es. Semua gadis yang datang ke sini memiliki tujuan yang sama: mencemplungkan diri ke dalam air es. Lagi pula, aktivitas ini ternyata sangat berguna untuk tubuh dan kulit secara keseluruhan. Jadi gadis-gadis ini sebetulnya tengah menjalani semacam prosedur kecantikan yang unik. Namun, menonton mereka satu per satu sama sekali bukan tujuan saya. Saya datang untuk berendam.
Di sisi lain, jumlah polisi yang datang hampir sama banyaknya dengan jumlah pengunjung itu sendiri. Selain polisi, ada juga pegawai Kementerian Situasi Darurat Rusia dan penjaga pantai. Seperti yang dikatakan polisi kepada saya, mereka berada di sana untuk memastikan bahwa “tidak ada pemabuk yang menceburkan diri ke dalam kolam”.
“Seperti tahun lalu, kami kembali bertugas di sini tahun ini untuk memastikan tidak ada seorang pun yang mandi di tempat-tempat yang tidak nyaman. Jika mereka tenggelam, kamilah yang harus menyelamatkan mereka keluar dari kolam!”
Namun, malam itu, polisi dan penjaga pantai kelihatannya agak bosan, menatap orang-orang yang bersuka ria bermain air. Mereka sendiri nantinya juga akan menyelam dengan riang, tetapi mereka harus berdiri membeku dulu, sembari bergantian mengangkat kaki yang satu dan kaki yang lainnya — anehnya, berdiri dengan pakaian terasa lebih dingin daripada telanjang di tengah cuaca dingin!
Inilah rahasia utama mandi Epifani yang langsung saya rasakan saat membuka pakaian untuk berendam. Segera setelah saya melepas jaket puffer dan dua sweter dan keluar menapakkan kaki di atas es dengan sandal dan jubah mandi, tubuh saya segera mengaktifkan mode darurat — perasaan dingin menghilang, kegembiraan pun muncul — saya akan berendam ke dalam lubang es! Pemandangan laki-laki dan perempuan yang baru saja turun dari air, dengan kepulan uap dan tersenyum, makin memacu semangat saya.
Koresponden Russia Beyond terjun ke dalam lubang es.
Dalam sekejap mata, saya sudah berada di ambang pintu masuk lubang es yang telah disusun dengan hati-hati, membuat tanda salib, dan mencemplungkan diri tiga kali, sesuai tradisi.
Anehnya, saya bahkan tidak ingin segera keluar, tetapi saya harus menyingkir karena masih ada antrean berikutnya. Uap mengepul dari tubuh dan kepala saya langsung terasa enteng dan jernih.
“Sebenarnya, luar biasa!” kata seorang pria pirang kurus berusia sekitar 50-an kepada semua orang sekaligus. Dia keluar dari lubang tepat setelah saya dan teman-teman saya. “Untuk kali pertama dalam hidup saya, saya memutuskan untuk mencobanya, dan ini adalah petunjuk Tuhan!”
Saya sendiri bisa mengatakan hal yang sama — dan sekarang rasanya jelas mengapa para pria bercanda tentang “air panas” — tepat saat menyelam, rasanya mendidih dan kini kehangatan yang luar biasa menyebar ke seluruh tubuh dan semua anggota badan menjadi lebih ringan dan lebih halus. Saya merasa seperti boneka kain yang dikeluarkan dari air. Sekali lagi, bertentangan dengan stereotip umum, tidak ada keinginan untuk minum alkohol sama sekali meskipun kami masih minum vodka (yah, untuk kesehatan)!
Saya berpakaian dan merasa bahwa saya benar-benar seksi. Saya juga merasa bahwa saya telah menyerap muatan energi yang kuat untuk sepanjang tahun ini. Malam itu, saya langsung tertidur pulas.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda