Rabi Rusia Sebut Tak Ada Sentimen Anti-Yahudi di Antara Pemuka Agama Islam di Rusia

Kepala rabi Rusia Berl Lazar dan Kepala Mufti Rusia Talgat Tadzhuddin

Kepala rabi Rusia Berl Lazar dan Kepala Mufti Rusia Talgat Tadzhuddin

Pravda Komsomolskaya/Global Look Press
Menurutnya, ujaran anti-Yahudi oleh pemimpin agama Islam pernah terjadi di negara Eropa lain, tetapi tidak di Rusia.

Tidak ada pemimpin muslim Rusia (mufti atau ulama) yang melontarkan kebencian atau ancaman terhadap masyarakat Yahudi, kata Rabi Aron Gurevich, Kepala Departemen Kerja Sama dengan Angkatan Bersenjata, Kementerian Situasi Darurat, Lembaga Penegak Hukum, dan Organisasi Veteran Komunitas Yahudi Rusia. Menurutnya, hal sebaliknya justru pernah terjadi di negara Eropa lain, seperti di Inggris.

“Di Rusia tidak ada tokoh atau pemuka agama Islam yang terjerumus dalam retorika atau sikap anti-Yahudi. Sebetulnya, di negara Eropa lain pun begitu, kecuali di Inggris. Di sana, sempat ada situasi ketika pemimpin umat Islam mengatakan sesuatu yang kasar (tentang Yahudi), tetapi itu pun sudah lama berlalu,” kata Gurevich.

Bagaimanapun, menurut sang rabi, yang ia maksud adalah para pemimpin organisasi yang terdaftar secara resmi. “Anda dapat menemukan apa pun di internet, dan pengikut beberapa saluran ekstremis di Telegram dapat mengambil, sebagaimana yang mereka yakini, informasi yang benar dari sana dan berbagai masalah yang ada, sembari mencari peluang untuk membalas dendam,” jelasnya.

Pada 15 Januari, seorang penjahat yang diidentifikasi sebagai warga negara Inggri, Malik Faisal Akram (44), menyerang sebuah sinagoge di Texas dan menyandera para jemaat. Akram, menurut laporan media, meminta pembebasan Aafia Siddiqui dari Pakistan yang menjalani hukuman penjara 86 tahun di Amerika Serikat karena berusaha membunuh seorang tentara AS di Afganistan. Akram menahan empat orang, termasuk seorang rabi. Selama menjalankan aksinya, dia membebaskan salah satu sandera. Ia kemudian ditembak oleh tentara pasukan khusus yang membebaskan ketiga sandera lainnya pada hari Sabtu setelah baku tembak sepuluh jam.

Pada awal Perang Dingin, pada akhir 1940-an hingga awal 1950-an, Josef Stalin menemukan musuh dalam selimut yang ia anggap sebagai pengkhianat: Yahudi Soviet.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki