Penuh Spekulasi, Laporan Media tentang Pembangunan Permukiman ‘Halal’ Dekat Ibu Kota Tuai Perdebatan

Irada Amina Shabanova, pendiri merek busana muslim perempuan dan sekaligus orang yang bertanggung jawab atas pembangunan permukiman Aminovka.

Irada Amina Shabanova, pendiri merek busana muslim perempuan dan sekaligus orang yang bertanggung jawab atas pembangunan permukiman Aminovka.

amina_shabanova
Aminovka, sebuah pemukiman ramah lingkungan bernuansa islami, rencananya akan dibangun di Desa Nechesovo, Distrik Shakhovsky, Moskovskaya oblast. Namun, pemberitaan media dan segala isu yang belum terkonfirmasi lainnya membuat orang-orang berspekulasi tentang kehadiran permukiman tersebut.

Ketua Komite Investigasi Rusia Aleksandr Bastrykin memerintahkan untuk memeriksa laporan media tentang rencana pembangunan Aminovka, sebuah permukiman ramah lingkungan bernuansa islami, di Desa Nechesovo, Distrik Shakhovsky, Moskovskaya oblast.

“Media mengkhawatirkan pembangunan sebuah permukiman religius di wilayah ini, sementara penduduk di sekitarnya, kabarnya, sudah menerima ancaman tertentu. Salah satu publikasi juga menunjukkan bahwa permukiman itu dibangun untuk sekte agama tertentu,” lapor situs web Komite Investigasi Rusia.

Gambaran permukiman Aminovka

Minggu ini, beberapa media membahas tentang rencana pembangunan permukiman “islami”, “muslim”, dan bahkan “halal” yang tertutup, yang berada 140 kilometer dari Moskow. Disebut Aminovka, permukiman tersebut dinamai menurut pendiri merek busana muslim perempuan, Irada Amina Shabanova, yang bertanggung jawab atas pembangunan tersebut.

Shabanova sendiri menjelaskan bahwa dia ingin membuat lingkungan permukiman yang dihuni oleh “orang-orang yang sepemikiran”. Situs web Aminovka menyebutkan bahwa proyek ini bertujuan “untuk mempersatukan orang-orang dalam sebuah komunitas yang dewasa dan bersemangat dalam sebuah permukiman.” Dalam Instagram-nya, proyek ini juga menyebutkan bahwa Aminovka adalah “tentang kesadaran, kemurnian, melestarikan nilai-nilai, dan membesarkan generasi yang sehat”, sementara Islam sama sekali tidak disinggung dalam publikasi tersebut.

Berdasarkan informasi yang didapat dari situs web Aminovka, permukiman itu rencananya akan dibangun di atas lahan seluas 83 hektare yang “dikelilingi oleh sungai, hutan, dan ladang”. Biaya sebidang tanah di Aminovka berkisar dari 420 ribu rubel (sekitar 82 juta rupiah) untuk 12 hektare hingga 1,2 juta rubel (234 juta rupiah) untuk 50 hektare. Di sana, pihak pengembang berencana untuk mendirikan sekolah, taman kanak-kanak, rumah ibadah, pusat kebugaran, pasar swalayan, dan hotel kecil. Untuk saat ini, jaringan listrik sudah tersedia di perbatasan pemukiman. Ke depannya, pihak pengembang akan memasang jaringan gas dan pasokan air.

Sebelumnya, Komsomolskaya Pravda menerbitkan aturan tinggal di permukiman ramah lingkungan itu (keasliannya belum bisa dikonfirmasi). Berdasarkan aturan tersebut, Aminovka tidak menerima penghuni yang berorientasi seksual selain laki-laki dan perempuan. Artinya, orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari LGTBQ+ dilarang tinggal di sana. Selain itu, seluruh penghuni harus mematuhi aturan berpakaian: Pria harus mengenakan pakaian yang menutupi tubuh, sedangkan perempuan mengenakan “pakaian panjang dan tidak ketat hingga di bawah lutut” dengan tanpa neckline ‘garis leher’. Tak hanya itu, seluruh penghuni juga dilarang merokok, mengonsumsi alkohol, menggunakan narkoba, bersumpah-serapah di wilayah permukiman, atau memelihara babi. Komsomolskaya Pravda juga mencatat bahwa siapa pun yang ingin membeli sebidang tanah di permukiman tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari dewan pengawas.

Dalam sebuah artikel tentang permukiman masa depan tersebut, Komsomolskaya Pravda juga membahas terorisme dan Islam radikal. Saluran TV Tsargrad juga menyebut Aminovka sebagai “penipuan bisnis abad ini” dan membandingkannya dengan suatu sekte.

Setelah media menyoroti Aminovka, Humas Dewan Spiritual Muslim (DUM) Moskovskaya Oblast Stanislav Tokarev mengatakan bahwa dia justru bersimpati dengan gagasan untuk menciptakan pemukiman seperti itu. “Di sana, bukan hanya orang-orang sepemikiran yang berkumpul, tetapi juga saudara-saudara seiman. Permukiman semacam itu dapat akan mengurangi dampak sejumlah faktor negatif dari luar yang tak sesuai dengan aturan Islam,” katanya.

Mengomentari laporan media massa, Amina Shabanova sendiri mengatakan bahwa dia “tak hanya terkejut oleh tajuk berita yang sensasional, tetapi juga oleh reaksi publik yang tidak membaca atau memahami berita tersebut secara cermat.” “Di pemukiman kami, keluarga Ortodoks juga membeli tanah, begitu juga para cendekiawan muslim: calon ilmuwan, profesor, ilmuwan, pejabat pemerintah, orang-orang hebat dan luar biasa,” kata Shabanova. Ruslan Kurbanov, seorang jurnalis dan ilmuwan politik, yang akan tinggal di pemukiman tersebut mengatakan di saluran TV Moskva 24 bahwa dua keluarga Ortodoks memang memutuskan untuk membeli sebidang tanah di sana.

Selanjutnya, berikut sejumlah kisah mengenai pasangan yang berhasil mempertahankan hubungan romantis mereka meski berbeda kepercayaan.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki