Juru Bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov menyebut penghinaan terhadap umat beragama sama sekali tak bisa ditoleransi dan pembunuhan merupakan respons atas aksi tersebut. Demikian tanggapan Peskov terhadap pemenggalan seorang guru Sejarah bernama Samuel Paty di Prancis.
“Ini masalah yang sangat rumit. Kita tidak mungkin membahasnya dari sudut mana pun. Menyinggung perasaan umat beragama tentu tak bisa ditoleransi. Namun, membunuh orang pun salah. Keduanya sama sekali tidak bisa diterima,” kata Peskov.
Pada saat yang sama, Peskov menyatakan bahwa majalah seperti Charlie Hebdo tidak mungkin beredar di Rusia.
“Jangan lupa, Rusia juga negara (berpenduduk) muslim, hampir 20 juta penganut (Islam) tinggal di negara ini. Di Rusia, meskipun — tentu saja — Kristen adalah agama yang fundamental, kebanyakan orang hidup berdampingan dengan umat Kristen, tetapi — pada kenyataannya — keunikan negara kita justru terletak pada keragaman etnis dan agama di antara masyarakat. Semua umat hidup rukun satu sama lain. Karena itu, peredaran media semacam itu di negara kita tidak mungkin, termasuk dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan kita saat ini,” terang Peskov.
Pada 16 Oktober, di pinggiran kota Paris, Abdullah Anzorov, seorang pemuda Chechen berusia 18 tahun, memenggal Samuel Paty, seorang guru Sejarah, yang diduga telah mengolok-olok Islam dengan menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas. Anzorov kemudian ditembak. Pemerintah Prancis menganggap pembunuhan Pati sebagai serangan teroris. Sementara itu, sang guru dianugerahi penghargaan tertinggi negara itu: Légion d'honneur.
Demonstrasi mengenang Samuel Paty kemudian menyulut reaksi negatif dari Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov dan Mufti Salah-Khadzhi Mezhiyev. Keduanya dengan lantang menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai “teroris” karena mendukung penerbitan kartun Nabi.
Kemarin, di Nice, seorang penjahat bersenjata pisau menyerang sejumlah pengunjung Notre-Dame de Nice. Dia membunuh tiga orang sebelum akhirnya ditahan. Menurut Nice-Matin, pelaku sempat memenggal salah satu korban. Beberapa saat kemudian, polisi di Avignon menembak dan membunuh seorang pria bersenjata pisau yang mencoba menyerang seraya meneriakkan “Allahu Akbar”.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda