Berusia 86 Tahun, Pelari Tertua Rusia Ini Rutin Lari 10 Kilometer Tiap Minggu

Anastasiya Karagodina
Dia berlatih hampir setiap hari, dan seminggu sekali berlari 10 kilometer untuk melawan usia senja.

Angka-angka yang menempel di punggung pria dan wanita menyala di depan mataku. Para pelari melakukan pemanasan sebelum perlombaan tepat di jalan yang akan menjadi garis start dengan melakukan peregangan lengan dan kaki. Uap mengalir dari setiap mulut, dan rambut mereka basah oleh salju tipis pertama yang penyambut datangnya musim dingin. Bau pinus menggantung di udara, asalnya dari hutan konifer di sebelah stadion yang juga menjadi rute yang akan dilalui.

"Apakah Anda siap?" Seru salah satu panitia lomba. Kerumunan merespon dengan raungan persetujuan dan berbaris di garis start.

Seorang wanita, dengan tinggi tak lebih dari 150 cm, perlahan-lahan menyelinap ke depan. Rambut putihnya terbungkus rapi di bawah topi, dan legging ketat melilit kakinya.

“Banyak sekali antusiasme muda, bukan? Bukankah itu membuat Anda tambah bersemangat untuk lari?” Dia bertanya kepada saya. Saya mengangguk, gemetaran karena kedinginan. Dia ingin lari, sementara saya hanya bisa memimpikan kehangatan dan secangkir teh panas.

Semenit kemudian, panitia tadi melepas para pelari. Wanita tua bernama Klara Bogatova itu pun melesat ke depan, tetapi setelah 30 detik ia kembali ke belakang, tertawa dan mengobrol dengan para pensiunan lainnya.

Seperti diakuinya, ia mengikuti perlombaan tidak lagi untuk mengejar hadiah, melainkan untuk kesenangan. Dia telah berlatih setiap hari selama 15 tahun, dan mengikuti lomba lari 10 kilometer setidaknya seminggu sekali. Dengan usianya yang sudah 86 tahun, ia resmi menjadi pelari tertua di Rusia.

Inspirasi bagi Para Tentara

Klara percaya bahwa tak lama lagi frasa "Babushka Rusia" tidak akan lagi dikaitkan dengan seorang wanita tua yang mengenakan syal dan memanggang pai, melainkan dengan atlet yang sigap. 

"Di masa mendatang, saya akan menjadi citra khas dari babushka Rusia . Orang akan menyadari bahwa kesehatan lebih penting. Merajut kaus kaki tidak lagi diperlukan, karena itu dijual mana-mana dengan harga terjangkau,” katanya. Dia sendiri mulai berlari relatif baru-baru ini. 

“Saya tidak pernah menyukai jenis olahraga ini. Bahkan di universitas, 3 kilometer sudah bisa membunuh saya. Saya hanya tidak bisa melakukannya,” kenang Bogatova sebelum lomba, tersenyum dan meraih medali dari kompetisi sebelumnya. Sejauh ini, dia telah mengumpulkan dua kotak medali, satu kotak ditumpuk dengan piala dan yang kedua dengan sertifikat keikutsertaan.

Klara yang kelahiran Nizhny Novgorod menghabiskan sebagian besar hidupnya bersama suaminya di Uzbekistan Soviet, mengajar di Institut Jalan di Tashkent. Dia pindah ke Moskow pada usia 69 untuk tinggal bersama putrinya. Di sanalah, di pintu masuk blok apartemennya, dia melihat pengumuman tentang sebuah klub lari. Sebelum pertandingan pertama, dia berlatih selama sekitar satu bulan di stadion sekolah setempat.

"Meski selalu ramping, saya masih ingin menurunkan beberapa kilo," selorohnya sambil tertawa. “Dan pada kompetisi perdana, saya finis di tempat kedua! Saya dihadiahi vas kristal yang sangat indah. Saya menatapnya dan berpikir: Tidak, saya tidak bisa duduk di rumah lagi! ”

Untuk sesaat Klara berlari dengan atlet yang lebih muda.

"Saya dulu berlari 20 kilometer, tapi sekarang hanya mampu 10. Ketika saya berlari, anak-anak lelaki berteriak kepadaku: 'Bagus sekali!' Itu menyenangkan. Sekali waktu, seorang perwira militer menghentikan saya dan mengatakan bahwa dia akan memberi tahu para tentaranya tentang saya dan menjadikan saya sebagai panutan,” ujar Bogatova bangga.

Bepergian untuk Berlari

Pemanasan standar Klara terdiri dari joging pendek di sekitar stadion. Dia berlari perlahan, tetapi mengambil setiap langkah dari pinggul, agak seperti model catwalk. Selama enam tahun berturut-turut Bogatova telah berkompetisi dalam lomba tahunan di Zelenograd di luar Moskow. Pada enam kesempatan, katanya, hujan atau salju turun saat lomba berlangsung.

Namun, balapan di Moskow dan daerah sekitarnya dengan cepat membuatnya bosan, jadi Klara bergerak lebih jauh.

“Saya pernah berlari di Suzdal. Pada awalnya, sepatu saya terasa seperti membunuh saya, tetapi tak lama kemudian semua membaik. Lalu, pada Agustus lalu ada perlombaan yang melibatkan berenang 1 kilometer, diikuti dengan lari 4 – 5 kilometer. Setelah berenang, Anda harus mengenakan sepatu olahraga, tetapi Anda tidak dapat mengikat tali karena Anda gemetar. Saya suka tantangan seperti itu,” kenangnya.

Perlombaan terakhirnya adalah di ibukota Portugal, Lisbon.

“Tentu, butuh sedikit biaya untuk ambil bagian, sekitar 6.000 rubel (sekitar Rp1.320.000). Namun, itu hangat dan cerah, pohon-pohon berbunga, dan ada 20.000 penonton. Kerumunan yang luar biasa! Seluruh kota menjadi liar, semua orang bertepuk tangan. Di Rusia, dukungan seperti itu terkadang tak cukup,” kenang Bogatova.

Nenek Super

Putri Klara mendukung hobi sang ibu dan ikut berjoging dengannya. Cucu lelakinya juga biasa berlari, tetapi berhenti saat remaja.

“Komputernya mulai menghabiskan seluruh waktu luangnya. Ditambah lagi pendidikan jasmani di sekolah telah membunuh semangatnya. Semua tentang kemenangan di sana, mereka tidak mengajar anak-anak untuk menikmati lari,” keluh Bogatova.

Klara mengaku lebih suka berlari dengan orang-orang yang lebih muda.

"Mereka semua tidak membicarakan tentang penyakit, melainkan hanya tentang berapa jauh dan berapa lama Anda berlari. Saya suka fakta bahwa saya masih memiliki keinginan untuk berlari, untuk menjaga kaki tetap bergerak," jelas Bogatova.

Sebelum kami bertemu, Klara meyakinkan saya bahwa ia menempuh jarak 10 kilometer dalam waktu satu setengah jam. Sekitar 40 menit dari garis start, saya berdiri di hutan, yang berdasarkan peta rute sudah setengah jalan ke titik finis. Setelah 30 menit berikutnya, seorang jurnalis foto melaju dengan sepeda dan memberi tahu saya bahwa sang “Nenek Super” telah lama tiba di finis. Meskipun usianya sudah lanjut, saya tak mampu mengimbanginya.

“Kasihan, kamu terlihat membeku. Cuacanya tidak bagus. Kamu harus lari bersama saya di Nizhny Novgorod pada Mei mendatang, kamu mungkin akan menyukainya,” undangnya dengan senyum sarkastis, ketika akhirnya kami bertemu di garis finis.

Sial, jika saya ingin menjadi seperti dia, saya kira saya harus menerima undangannya.

Usia senja bukan penghalang untuk eksis di jagat maya. Perkenalkan, Olga Kipriyanovna, nenek selebgram yang sukses menarik perhatian netizen dengan pengikut lebih dari 249 ribu.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki