Di Kementarian Luar Negeri Indonesia

Di Kementerian Luar Negeri kami bertemu dengan penyelenggara program, mereka bercerita kepada kami tentang budaya Indonesia, etiket lokal, bahkan ada kelas tentang kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia. Foto: penulis

Di Kementerian Luar Negeri kami bertemu dengan penyelenggara program, mereka bercerita kepada kami tentang budaya Indonesia, etiket lokal, bahkan ada kelas tentang kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia. Foto: penulis

Setelah beristirahat, kami ada minggu yang penuh acara menarik dan di sana kami bisa saling berkenalan dengan para peserta.

Tiga hari pertama, setiap pagi kami ke Departemen Luar Negeri Indonesia naik bus besar. Di Jakarta ada banyak motor. Ini sangat mencolok dan tidak biasa melihat jumlah sepeda motor di jalan-jalan Jakarta. Sepeda motor lebih banyak daripada mobil! Di Rusia, tidak ada sepeda motor sama sekali, khususnya pada musim dingin.

Di Kementerian Luar Negeri kami bertemu dengan penyelenggara program, mereka bercerita kepada kami tentang budaya Indonesia, etiket lokal, bahkan ada kelas tentang kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia! Kami juga makan siang di Kemenlu. Saya suka bahwa kebanyakan orang di Indonesia masih punya cukup banyak waktu untuk makan siang dan makan malam. Mereka duduk, berbicara.... I love it.

Pada waktu makan siang dan makan malam kami berkenalan satu sama lain, berbagi kesan kami. Itu sangat mengejutkan bagi saya bahwa di Indonesia tidak ada roti hitam dan kebanyakan orang Indonesia tidak pernah menggunakan pisau: hanya sendok dan garpu, meskipun terutama makan dengan sendok. Di Rusia, kami biasanya menggunakan sendok hanya untuk makan sup. Tapi hampir selalu menggunakan pisau.

Peserta BSBI menjadi lebih mengenal satu sama lain pada waktu makan siang dan makan malam. Foto: penulis

Saya juga suka tempe, itu salah satu makanan favorit saya di Indonesia. Dan itu sangat menarik mencoba makanan yang dimasak dan dijual di jalanan, seperti bakso atau mie. Di Rusia tidak ada makanan seperti  itu. Namun, penyelenggara mengatakan kepada kami bahwa dalam waktu dua minggu pertama lebih baik tidak membeli makanan di jalan, dan hanya makan di hotel. Dalam dua minggu bisa coba makanan yang luar biasa.

Selama di Jakarta, saya hanya makan-makanan yang disediakan di hotel karena penyelenggara menyarankan agar kami tidak membeli makanan di jalan. Foto: penulis

Kami semua sangat senang dengan begitu banyak pengalaman baru! Tetapi pada saat yang sama, kami sangat khawatir karena penyelenggara program sendiri yang memutuskan di mana para peserta akan tinggal dan kuliah: di Makassar, Denpasar, Surabaya, Solo, atau Bandung. Mereka membagikan peserta terutama berdasarkan pilihan mereka pada surat motivasi kami, tapi ada, tentu saja, kriteria yang tidak kami tahu. Di setiap pusat seni harus belajar 12 orang, dan kami tunggu hari ketika mereka secara resmi akan mengumumkan tempat di mana kami harus tinggal selama lebih dari tiga bulan.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki