Superklub, Gagasan Kontroversial Persatuan Sepak Bola Rusia Demi Menangkan Piala Dunia

Pemain tim nasional sepak bola Rusia berfoto sebelum pertandingan kualifikasi UEFA Euro 2016 antara Rusia melawan Liechtenstein. Foto: Ramil Sitdikov/RIA Novosti

Pemain tim nasional sepak bola Rusia berfoto sebelum pertandingan kualifikasi UEFA Euro 2016 antara Rusia melawan Liechtenstein. Foto: Ramil Sitdikov/RIA Novosti

Untuk menghindari rasa malu pada Piala Dunia 2018 kelak di kandang sendiri, Persatuan Sepak Bola Rusia mengajukan gagasan untuk memasukkan tim nasional ke dalam kompetisi Liga Premier Rusia pada musim 2017-2018. Namun, gagasan ‘superklub’ yang kontroversial ini ditanggapi dingin oleh penggemar dan para pakar.

Membela klub atau negara, dilema ini telah berdekade-dekade melanda para pemain sepak bola, suatu pertempuran psikologis untuk memutuskan seberapa banyak ambisi dan tenaga yang pantas diberikan bagi klub dan negara mereka.

Hal tersebut mungkin akan berubah pada 2017, setidaknya di Rusia. Pertempuran klub melawan tim nasional mungkin akan berlangsung di hadapan para penonton setiap pekan, karena ada rencana tak masuk akal yang hendak mengikutsertakan tim nasional Rusia dalam Liga Premier negara tersebut. Tim itu akan menjadi semacam superklub.

Gagasan tersebut merupakan buah pikiran Sekretaris Umum Persatuan Sepak Bola Rusia Anatoly Vorobyov. Ia ingin klub-klub top Rusia meminjamkan pemain tim nasional mereka untuk membentuk sebuah klub di musim 2017-2018.

Bagi kebanyakan penggemar sepak bola di seluruh dunia, gagasan belum pernah terdengar sebelumnya, sehingga tampak berisiko, bahkan aneh. Ada kompetisi untuk klub dan ada kompetisi untuk negara, masing-masing dijadwalkan secara cermat dan terpisah dan keduanya tidak akan saling bertemu. Sejauh ini, penggemar sepak bola Rusia belum cukup yakin dengan gagasan Vorobyov.

Tujuan gagasan Vorobyov ialah mengupayakan kejayaan Rusia di Piala Dunia empat tahun mendatang. Menurut teori, pembentukan superklub ini, yang disebut “Russia 2018” oleh Vorobyov, akan memberi kesempatan bagi pelatih tim nasional Fabio Capello untuk memadukan pemain-pemain dari klub yang saling bermusuhan ke dalam satu tim yang mampu meraih sukses di kandang sendiri.

“Di Piala Dunia 2018, jelas kita hanya dapat bersaing mengandalkan kekompakan tim,” kata Vorobyov pada ITAR-TASS. “Sangat memalukan jika kita sudah membangun stadion-stadion baru tapi tim Rusia langsung keluar setelah babak kualifikasi grup.”

Vorobyov mengklaim superklub “Russia 2018” akan mencontoh kesuksesan tim nasional Spanyol dan Jerman, pemenang dua Piala Dunia 2010 dan 2014, yang dibentuk dengan fondasi tim yang kuat dengan pemain-pemain dari klub tertentu saja. Bintang-bintang Barcelona begitu saling mengenal satu sama lain ketika mereka mengantarkan Spanyol meraih kemenangan pada 2010. Demikian pula para pemain Bayern Munchen bagi Jerman dua bulan lalu. Pada 1980-an, tim Soviet berhasil mewujudkan kesuksesan yang cukup gemilang dengan skuad yang sebagian besar diambil dari Dynamo Kiev.

Namun, menarik pemain-pemain tim nasional Rusia dari klub mereka untuk membentuk tim ini sama saja menyabotase harapan klub-klub seperti CSKA Moscow dan Zenit Saint Petersburg untuk meraih sesuatu di kompetisi seperti Liga Champions pada musim 2017-2018. Vorobyov setuju, tetapi menyebut hal ini merupakan pengorbanan yang dibutuhkan demi kebanggaan nasional, seperti ketika industri Soviet kekurangan sumber daya pada 1940-an untuk menyuplai pengembangan bom nuklir. “Segala upaya diberikan untuk proyek atom itu,” ujar Vorobyov. “Di beberapa tempat, berbagai bidang industri mengalami kerugian. Tetapi hasilnya bom atom berhasil dibuat.”

Bagi para pengkritik gagasan ini, retorika tersebut berlebihan hingga nyaris menggelikan. Final Piala Dunia mungkin adalah persaingan sepak bola demi kejayaan yang besar, tetapi bagaimanapun juga tidak seharusnya disamakan dengan persaingan nuklir pada masa Perang Dingin.

Jika gagasan ini menjadi kebijakan resmi Persatuan Sepak Bola Rusia dan benar-benar diterapkan, rencana Vorobyov tersebut akan ditolak oleh sebagian besar penggemar klub-klub top Rusia. Mayoritas orang menantang gagasan superklub ini dalam jajak pendapat di situs situs berita olahraga terkemuka Rusia. Bahkan Capello, yang akan melatih tim baru itu, menanggapi proposal ini dengan penolakan halus. “Gagasan ini jelas bagus, tetapi terlalu mengkhayal,” kata Capello pada R-Sport. Secara tak langsung, Capello menganggap hal ini mustahil akan terjadi.

Rencana ini juga mengandung beberapa risiko besar. Saat hubungan Rusia dengan badan sepak bola Eropa UEFA dan badan sepak bola dunia FIFA sedang tegang karena isu pengikutsertaan klub-klub asal Krimea, merusak batas klub dan negara akan menjadi tindakan yang provokatif. Negara-negara yang unggul dalam bidang sepak bola akan menganggapnya sebagai upaya untuk mengakali sistem, untuk menghindari batasan kalender sepak bola dunia mengenai berapa banyak waktu sebuah tim nasional boleh berlatih bersama.

Vorobyov mungkin tidak akan pernah mewujudkan gagasan ini, tetapi dengan mengutarakannya, ia telah memperluas perdebatan yang ada dan membawa Rusia lebih dekat dengan jawaban masalah mereka di lapangan sepak bola.

Artikel Terkait

Putin: Piala Dunia 2018 Tak Terancam

Rusia Terapkan Bebas Visa bagi Altet dan Suporter Piala Dunia 2018

Tiga Tantangan Rusia untuk Gelar Piala Dunia 2018

Gunakan Jasa Fabio Capello, Rusia Ibarat Membeli Kucing dalam Karung

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki