Pelatih CSKA Moskow, Leonid Slutsky, merayakan kemenangan bersama timnya. Foto: Mikhail Sinizyn/Rossiyskaya Gazeta
Liga sepak bola Rusia yang paling menarik dalam beberapa tahun terakhir baru saja berakhir. Persaingan cukup ketat hingga menit akhir laga pamungkas kejuaraan ini. Tiga klub raksasa bertarung untuk meraih juara, dan akhirnya yang keluar sebagai pemenang adalah CSKA Moskow. Tim ini tertinggal 11 poin dari pimpinan puncak klasemen pada musim gugur kemarin dan pada musim semi lalu kebobolan empat gol saat melawan Dinamo Moskow. Namun, CSKA berhasil bangkit dan memenangkan sepuluh laga berturut-turut.
Meski menyandang gelar juara tahun 2012-2013, klub CSKA memulai musim 2013/2014 ini sebagai tim yang kurang difavoritkan. Tim yang dijuluki Armeitsi ini harus kehilangan beberapa pemainnya, mulai dari pemain Brazil Vágner Love yang pindah ke klub Tiongkok Shandong Luneng Taishan FC, hingga pemain Jepang Keisuke Honda yang sejak dulu ingin bermain untuk Milan. Hal tersebut diperparah dengan cidera beruntun para pemain utama, sehingga mereka terpaksa absen di laga-laga awal musim.
Tapi akhirnya, lagi-lagi CSKA Moskow mampu menempati posisi puncak dalam kompetisi sepak bola paling bergengsi di Rusia. Berikut beberapa alasan di balik kesuksesan tim Kuda Hitam tersebut.
Pemimpin yang Sabar
Jika musim panas kemarin konglomerat Rusia Boris Rotenberg lebih memilih membeli Dinamo alih-alih CSKA, tentu pelatih CSKA Leonid Slutsky sudah dipecat sejak CSKA kalah 2-4 melawan Dinamo pada 9 Maret lalu. Sempat muncul rumor pemecatan Slutsky karena sebagai klub yang memiliki banyak pemain tim nasional, tak seharusnya CSKA kebobolan empat gol.
Armeitsi mengakhiri putaran pertama liga di posisi kelima, kalah dari tim tamu, dan tersingkir dari Liga Champions Eropa. Namun, Presiden CSKA Yevgeniy Giner tak terburu-buru menambil keputusan. Sebaliknya, Giner malah menyingkirkan orang-orang yang berselisih paham dengan pelatih Slutsky dari klub.
Pelatih Bermental Baja
“Banyak orang mencibir Slutsky dan beranggapan ia tak bisa menghasilkan apa-apa, tapi ia dapat membuktikan hal sebaliknya dalam dua tahun berturut-turut,” tutur Giner merangkum keberhasilan CSKA yang menjuarai liga Rusia tersebut untuk kelima kalinya sepanjang klub ini berdiri.
Leonid Slutsky berulang kali menegaskan bahwa Jose Mourinho yang memberi pengaruh besar pada dirinya sebagai seorang pelatih profesional. Slutsky dijuluki sebagai ‘Morinho dari Rusia’ karena ia tak pernah menjadi pemain sepak bola profesional sebelumnya, sama seperti pelatih asal Portugal itu.
Kunci rahasia Slutsky ialah ia mampu menangani berbagai situasi sulit yang terjadi. Slutsky tak pernah melimpahkan kesalahan ketika timnya kalah, bahkan saat terjadi cidera pemain dalam jumlah besar. Ia selalu menanggung kesalahan tersebut sendiri. Pada momen-momen itulah, tim yang ia latih mulai bermain penuh demi dirinya.
Slutsky juga merupakan seorang motivator dan psikolog andal. Salah satu bekas pemain terbaik CSKA Vagner Love mengenang Slutsky sebagai pelatih yang dapat berbicara panjang-lebar dengan anak-anaknya. “Setelah keluar dari ruangannya, Anda akan yakin seratus persen bahwa besok Anda bisa mencetak gol,” ungkap Love.
Salah satu juara Eropa pada 1960 Viktor Ponedelnik menyatakan sejak kejuaraan liga tahun lalu, Slutsky membuat orang terkesima terhadap sosoknya sebagai pelatih. “Ia adalah pelatih Rusia terbaik saat ini. Hanya sedikit pelatih yang dapat menggerakkan timnya saat momen penentuan berlangsung. Slutsky juga tidak malu untuk belajar. Di waktu senggangnya, ia mendatangi klub-klub ternama Eropa untuk berguru,” ungkap Ponedelnik.
Memilih Pemain dengan Bijak
CSKA mampu mengelola asetnya dengan baik. Armeitsi terbiasa mencoret pemain yang tidak mampu berkompetisi dan menggantinya dengan pemain cadangan atau para pemain asing yang masih muda. Tidak heran CSKA tak masuk ke dalam daftar klub yang mendapat sanksi dari UEFA akibat melanggar aturan Financial Fair Play.
Performa Unggul Tosic
Pemain yang menjadi kunci keberhasilan CSKA adalah pemain sayap asal Serbia Zoran Tosic. Tosic menyuguhkan penampilan luar biasa menjelang akhir musim. Pada sepuluh laga terakhir, Tosic mencetak 13 angka untuk sistem perhitungan Gol and Assist. Pemain gelandang Serbia ini tak hanya ahli dalam eksekusi bola mati, tetapi juga berperan sebagai pelaksana ide-ide dan strategi pelatih di lapangan, saat Honda absen. Tosic menciptakan ritme permainan timnya, sedangkan akselerasinya di pinggir lapangan menjadi senjata utama CSKA dalam pertarungan gelar di liga Rusia.
Tahun Keberuntungan
Pada beberapa tahun sebelumnya, CSKA tak dapat berkutik saat melawan Zenit Saint Petersburg, bahkan di kandangnya sendiri. Namun di musim semi tahun ini, Zenit terbang ke Moskow tanpa pelatih setelah pemberhentian Luciano Spalleti. CSKA yang bermain dengan taktik bertahan mampu memenangkan laga 1-0 atas Zenit. Selanjutnya CSKA tinggal bertanding melawan klub-klub papan bawah. Momen tersebut dimanfaatkan oleh Armeitsi dengan sempurna. CSKA berhasil mencetak sepuluh kemenangan beruntun. Di laga final musim, Armeitsi begitu percaya diri dengan kemampuannya, sehingga mereka cenderung bermain sesuka hati. Mereka berhasil meraih kemenangan 1-0 saat melawan Locomotiv.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda