Rusia Adopsi Undang-undang Menyangkut Perlindungan Kitab Suci

Rusia mengadopsi RUU presiden mengenai larangan penyebutan material teks yang mengutip dari kitab suci sebagai materi ektremis.

Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) mengadopsi dua keputusan terakhir RUU presiden mengenai larangan penyebutan material teks yang mengutip dari Alkitab, Al-Quran, Tanakh, dan Kangyur sebagai konten bermuatan ektremis. RUU ini sebelumnya diusulkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 14 Oktober lalu sebagai reaksi negara terhadap keputusan hakim pengadilan Yuzhno Sakhalinsk pada bulan Agustus yang menganggap kutipan dari Quran sebagai materi bermuatan ekstremis.

“Konten dan kutipan yang berasal dari Alkitab, Al-Quran, Tanakh, dan Kangyur tidak dapat diakui sebagai materi dengan konten ekstremis,” demikian dinyatakan dalam hukum.

Wakil Pertama Kepala Fraksi “Rusia Bersatu” Sergei Popov mengatakan bahwa dunia sering terjadi kasus yang melanggar nilai-nilai tradisional yang menjadi dasar bagi peradaban Eropa. Misalnya, pelarangan sejumlah hal yang berkaitan dengan adat dan tradisi dari agama-agama ini. “Dalam hal ini, Rusia adalah satu-satunya negara yang secara terbuka berbicara tentang kebutuhan untuk melindungi nilai-nilai moral dasar warganya,” ujar Popov.

“Bagi kami sangat penting—bagi para jemaah, ulama dan seluruh warga Rusia—bahwa kini pemerintah dan presiden berperan sebagai penjamin konstitusi yang memperhatikan masalah ini dan menawarkan solusi konkret,” ujar Popov menyimpulkan.

Pada bulan Agustus lalu, terjadi protes publik akibat keputusan hakim pengadilan Yuzhno-Sakhalinsk yang mengakui pada buku “Doa Kepada Allah: Tafsir dan Tempatnya dalam Islam” terkandung muatan ekstremis. Secara khusus, bagian yang disebut sebagai muatan ektremis merupakan kutipan dari Al-Quran. Setelah itu, Kepala Chechnya Ramzan Kadyrov menyebut hakim dan jaksa adalah setan dan provokator dan mengajukan banding pada keputusan pengadilan. Sementara, Kepala Ingushetia Yunus-Bek Yevkurov juga mengutuk pengakuan hakim terhadap buku tersebut sebagai konten bermuatan ekstremis. Pada 11 September, kantor kejaksaan di Yuznho-Sakhalinsk mengajukan keluhan dengan keputusan hakim. Mereka menjelaskan bahwa hakim mengambil keputusan yang salah. Mereka (jaksa) meminta pengadilan untuk mengenali pandangan ekstremis menggunakan sudut pandang pemikiran penulis buku tersebut, dan tidak dari ayat-ayat Al-Quran.

Pertama kali dipublikasikan oleh TASS.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki